Search in Here

Senin, 02 Mei 2011

Sektor Pertanian


I.Pendahuluan

Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Kita sudah sering mendiskusikan topik ini jauh sebelum era reformasi tahun 1998. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.

II. Pembahasan

Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.

Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.

Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.

Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.

Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.

Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan. 

Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.

Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.

Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayatiyang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggriscrop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatanmikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasihutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesiasejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPStahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalahbiologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah,meteorologipermesinan pertanian,biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petaniadalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.

Ini salah satu artikel (lagi) yang menggambarkan bagaimana situasi sektor pertanian Indonesia. Penulisnya adalah Agus Suman, PhD dari Universitas Brawijaya. Dalam tulisan yang dimuat di Republika (16/1) ini, penulis menunjukkan fakta-fakta bahwa kondisi pertanian di Indonesia belum menggembirakan. Beberapa indikatornya adalah sbb :
  • Sebagian besar penduduk miskin adalah tinggal di wilayah pedesaan dimana umumnya terlibat dalam kegiatan pertanian. Mengutip data BPS tahun 2007, penulis bahkan menyebut sekitar 72% kelompok petani miskin adalah dari subsektor pertanian pangan.
  • Konversi lahan pertanian, pada 2002 mencapai 110 ribu ha, dan empat tahun kemudian meningkat menjadi 145 ribu ha
  • Penulis mengutip data FAO tentang pertumbuhan subsektor pangan tahun 2004 yang mengalami kemunduran dibanding tahun 1978 sampai 1986 (tapi tidak dijelaskan lebih lanjut satuan pertumbuhan subsektor ini maknanya apa. What does the number mean?)
  • Penduduk Indonesia yang terus berkembang dan berkembang, sehingga menurut penulis akan semakin serius tantangannya
  • Kebijakan impor beras premium yang terus dilakukan, padahal kita punya beras berkualita sama seperti beras cianjur dan IR-64
  • Produktivitas pekerja pertanian lebih rendah daripada pekerja sektor industri, baik di tahun 1997 maupun 2005. Pada tahun 1997, seorang pekerja sektor pertanian menghasilkan output senilai Rp 1,7 juta per tahun, sementara pekerja industri Rp 9,5 juta; tahun 2005 pekerja sektor pertanian dan industri nilai outputnya berturut-turut RP 6,1 juta dan Rp 41,1 juta.
Mundurnya Sektor Pertanian Indonesia
Kondisi prihatin tidak saja terjadi pada tatanan ekonomi Makro yang ada,ternyata untuk Sektor Pertanian di Indonesia juga mengalami penurunan,hal ini disebabkan oleh banyak faktor,harusnya hal ini segera ditanggapi secara serius oleh pemerintah,bayangkan saja jika Pertanian yang merupakan faktor utama penggerak Ekonomi mengalami penurunan.

Seperti yang diberitakan pada media cetak kompas bahwa Sektor Pertanian Mengalami Penurunan yang mengkuatirkan,simaklah bagaimana perkembangan terakhir sektor Pertanian Indonesia yang nota bene adalah penggerak Hasil Bumi di bumi Indonesia:
Pembangunan pertanian dalam lima tahun terakhir berjalan mundur. Departemen Pertanian kehilangan visi jangka panjang dalam membangun sektor pertanian dan terjebak pada penanganan masalah yang serba mendesak.
”Sudah lama kita mengembangkan pemikiran membangun sistem dan usaha agrobisnis dengan membangun sektor hulu-hilir dan jasa penunjang secara bersama-sama, tetapi tidak berlanjut. Konsentrasi pembangunan pertanian lima tahun terakhir hanya pada tingkat on farm,” kata mantan Mentan Bungaran Saragih pada workshop bertema ”Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian”, Kamis (16/4).
Menurut Bungaran, karena kehilangan visi jangka panjang, pembangunan pertanian akhirnya terjebak dan bersifat musiman. ”Ketika ada banjir dan kekeringan terkejut, ada impor atau ekspor ramai. Masalah pertanian jangka panjang tidak menjadi prioritas,” katanya.
Sementara itu, Dirjen Anggaran Departemen Keuangan Anny Ratnawati mengungkapkan, anggaran untuk sektor pertanian ada dan alokasinya juga besar. Hanya pemanfaatan anggaran itu yang masih belum optimal.
Data Ditjen Anggaran menunjukkan, alokasi anggaran untuk belanja pupuk tahun 2009 sebesar Rp 17,5 triliun atau naik sekitar Rp 15,5 triliun dibandingkan tahun 2005. Anggaran subsidi benih tahun ini naik menjadi Rp 1,3 triliun dari tahun 2005 yang hanya Rp 120 miliar.
Pengeluaran anggaran
Alokasi anggaran untuk kegiatan bantuan sosial Deptan naik dari Rp 217 miliar tahun 2005 menjadi Rp 3,2 triliun tahun 2009. Subsidi kredit ketahanan pangan dan energi juga naik dari Rp 167 miliar menjadi Rp 843 miliar. Total anggaran untuk pertanian bahkan mencapai Rp 40 triliun tahun ini.
”Pertanyaannya, pengeluaran anggaran berlipat-lipat itu komparabel atau tidak dengan produktivitas dan produksi pertanian. Karena ini akan ditanya masyarakat,” katanya.
Deptan pernah meminta anggaran untuk subsidi kredit pembibitan sapi Rp 1 triliun. ”Ketika disediakan dananya, mereka menawar agar Rp 1 triliun untuk lima tahun saja. Lalu menawar turun menjadi Rp 250 miliar, tetap tidak bisa, akhirnya minta Rp 145 miliar saja. Bayangkan coba!” ujar Anny.

Definisi/Pengertian Pertanian, Bentuk & Hasil Pertanian Petani - Ilmu Geografi
Thu, 02/04/2009 - 12:28am — godam64
Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Negeri Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
Bentuk-Bentuk Pertanian Di Indonesia :
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
2. Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.
3. Pekarangan
Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami tanaman pertanian.
4. Ladang Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.
.
Beberapa Hasil-Hasil Pertanian Di Indonesia :
1. Pertanian Tanaman Pangan
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Ubi Jalar
- Ketela Pohon
2. Pertanian Tanaman Perdagangan
- Kopi
- Teh
- Kelapa
- Karet
- Kina
- Cengkeh
- Kapas
- Tembakau
- Kelapa Sawit
- Tebu


       III.Kesimpulan

Kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memang sangat melimpah, Maka tak heran jika pada tahun 2008 APBD-nya mencapai Rp 5,5 triliun yang belum tentu dimiliki oleh daerah lain di Indonesia.  
Namun, perlu disadari bahwa kekayaan SDA tersebut tidak dapat diperbarui. Bahkan diperkirakan 10 tahun ke depan kekayaan alam yang ada di bumi Kukar akan menipis dan habis. Oleh karena itu, Pemkab Kukar terus berupaya melakukan langkah-langkah, yang nantinya mampu menggantikan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian yang menjadi andalan untuk pembangunan di Kukar. 
Terobosan itu adalah dengan peningkatan sektor pertanian dalam arti luas sebagai sektor unggulan dalam program Gerbang Dayaku. Pemkab Kukar melalui jajarannya terus melakukan sosialisasi dan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin berkebun. Salah satu contohnya adalah Kelompok Tani Wonomulyo Muara Badak Ulu. 
Melalui Dinas Perkebunan (Disbun) Kukar yang telah memberikan bantuan modal sebesar Rp 800 juta melalui APBD 2003. Kebun karet seluas 309 hektare itupun sudah mendatangkan hasil dan keuntungan bagi pemiliknya. Budidaya karet sebenarnya sudah dilakukan masyarakat di hulu Sungai Mahakam secara tradisional. Misalnya warga Desa Baru, Kecamatan Tabang, yang tiga tahun terakhir ini mengalakkan budidaya karet. 
Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya menambah peningkatan penghasilan masyarakat.“Kami memilih budidaya karet karena relatif mudah perawatannya dan mudah menjualnya,” kata Kepala Desa Baru, Tabang, Ajang Li, di Tenggarong. Ajang mengatakan bahwa lebih dari 100 kepala keluarga di desanya sudah memiliki kebun karet. (hmp15/Gusdut)

IV.Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar